Rabu, 25 Mei 2011

Vaksin dan Immunisasi pada Manusia

vaksin

Vaksinia adalah penyakit virus pada sapi, digunakan untuk menyuntik inokulasi manusia yang menyebabkan kebal terhadap cacar. Vasksinoterapi (Vaccinotherapy ) adalah pengobatan dengan vaksin. Vaksin berasal dari Bahasa Inggris Vaccine ,dari  bahasa Latin Vaccinnum.
Vaksin adalah suspesi bibit penyakit yang kihup, tetapi telah dilemahkan atau dimatikan untuk menimbulkan kekebalan.  Vaksin adalah preparat yang terdiri dari mikro-organisme lemah, disaat disuntikkan ke dalam tubuh, akan merangsangnya untuk menghasilkan antibodi untuk melindungi terhadap penykit yang disebabkan oleh  mikro-organisme.

Vaksin (Vaccina ) adalah sediaan mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman inaktif atau kuman hidup yang dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak potensi antigennya, dimaksuskan digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif dan khas terhadap infeksi kuman atau toksinnya.
Vaksinasi adalah penyuntikan kuman dengan  vaksin khusus untuk melawan penyakit cacar. Penyuntikan kuman dengan vaksin untuk merangsang tubuh dalam menghasilkan antibodi,sehingga bisa membuat  pasien bebas atau tahan terhadap penyakit infeksi tertentu.

 a.      Definisi Imunisasi
Imun (Immune ), kebal terhadap penyakit. Imunitas, kekebalan (Immunity ), keadaan terlindung terhadap penyakit tertentu. Imunisasi , Immunization (Inggris ), Immunisatio (Latin), membuat kebal.
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk menginduksi pertahanan terhadap banyak  penyebab  infeksi dan dapat digunakan baik dalam materi inaktif (mati) maupun bentuk hidup yang telah dilemahkan.
Imunologi (Immunology) ialah ilmu yang mempelajari segala hal bersangkutan dengan dengan kekebalan.
Serum adalah air darah binatang ( atau zat cair yang diambil dari darah binatang ) yang telah dibuat kebal terhadap suatu penyakit   ( untuk menolak penyakit menular)

1)      Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif
Imunisasi Aktif berarti pemberian antigen pada inang untuk menginduksi pembentukan antibodi dan imunitas yang diperantarai sel. Imunisasi aktif  lebih disenangi dibandingkan imunisasi pasif, karena resistensi inang lebih baik (kadar antibodi tertinggi pada saat pemaparan, imunitas selular yang bertambah  pada beberapa kasus ) dan prosedurnya tidak petlu diulangi sesering mungkin.
Imunisasi aktif dikaitkan dengan komplikasi yang tidak terjadi pada imunisasi pasif yang sebagian besar berkaitan dengan pemberian protein asing (misal, akergi, reaksi toksik non spesifik.
Imunisasi Pasif berarti transfer imunitas pada inang dengan menggunakan efektor imunologi. Imunisasi Pasif bermanfaat :
a)      Pada individu yang tidak dapat membentuk antibodi (misal, aminoglobulinemia kongenital)
b)      Untuk pencegahan penyakit bila pada saat imunisasi aktif tidak diperbolehkan (missal, pasca pemaparan).
c)      Untuk pengobatan penyakit tertentu yang secara normal dicegah dengan imunisasi ( misal tetanus )
d)      Untuk pengobatan kondisi di mana imunisasi aktif tidak tersedia atau tidak praktis (misal, gigitan ular ).
Komplikasi pemberian imunoglobulin manusia jarang terjadi. Suntikan bahan ini menimbulkan nyeri sedang, dan ,jarang, menimbulkan abses steril.
Bila antibodi yang diberikan secara pasif dibuat dari serum hewan , reaksi hipersensitivitas yang berkisar dari reaki anafilaktik sampai serum sickness dapat terjadi.

 2.      Vaksinasi
Antitoksin Antraks, rabies, dan vaksin demam kuning , antioksin botulism, dan antiracun laba-laba dan ular tersedia di pusat keracunan  setempat dan PT Biofarma.

 a.      Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun dari kuman tetanus merusak sel saraf pusat tulang belakang, mengakibatkan kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila menyerang anak balita, bahkan penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Di Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan kombinasi DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu penyuntikan minimal selama 4 minggu. Suntikan pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan ini harus diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi ulang pertama dilakukan pada usia 1 _ - 2 tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan yang menderita kejang demam kompleks.

 b.      Vaksin BCG
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini "berhasil," maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan, suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas. Biasanya setelah suntikan BCG diberikan, bayi tidak menderita demam.
BCG ( Bacillus Calmette –Guerin ) adalah strain Mycobacterium bovis yang dilemahkan yang merangsang hipersensitivitas terhadap M. tuberkulosis. Vaksin BCG harus diberikan scara intradermal oleh orang yang menguasai teknik ini. Dalam 2 – minggu timbul pembengkakan kecil  di tempat  injeksi yang menjadi papula atau ulkus benigna berdiamter sekitar 10 mm dan akan  sembuh dalam 6 – 12 minggu.

BCG dianjurkan untuk kelompok ,berikut bila belum pernah  mendapat imunisasi sebelumya, yang dibuktikan dengan parut yang spesifik , dan bila reaksi  hipersensitivitas negatif.
1)      Yang berkontak dengan mereka yang menderita tuberkulosis  paru aktif.
2)      Imigran ( termasuk bayi dan anak ) dari negara yang prevalensi tuberkulosisnya tinggi.
3)      Staf pelayan kfhatan
4)      Anak antara umur 10 – 14 tahun
5)      Dokter hewan dan staf
6)      Staf yang bekerja di penjara, rumah jompo dan hostel  untuk pengunsi dan tuna wisma.
7)      Mereka yang ingin
8)      Bayi baru lahir, anak kecil atau dewasa,yang minta imunisasi.

 c.       Vaksin Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui mulut.
Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.

 d.      Vaksin Campak (Morbili, Measles)
Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan anggota badan. Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari.
Pada stadium demam, penyakit campak sangat mudah menular. Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat diikuti oleh komplikasi yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan hingga usia bayi mencapai 6 bulan.
Imunisasi campak diberikan kepada anak usia 9 bulan. Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Namun adakalanya terjadi demam ringan atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau pembengkakan pada tempat suntikan.

 e.      Vaksin Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat.
Warna kuning bisa terlihat pula mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan jarum suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa bayi dalam kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan dapat menjadi kronik/menahun yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari.

Imunisasi dasar hepatitis B diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah pemberian imunisasi dasar.

 f.        Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella)
Vaksin ini masih diimpor dan harganya cukup mahal. Penyakit gondongan sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bisa mengakibatkan komplikasi yang serius seperti radang otak dan radang buah pelir (pada pria) atau kandung telur (pada wanita) dan dapat mengakibatkan kemandulan. Penyakit rubella sebenarnya ringan, tetapi dapat membahayakan karena dapat merusak janin dalam kandungan pada masa kehamilan muda. Imunisasi MMR diberikan satu kali setelah anak berumur 15 bulan. Imunisasi ulang dilakukan setelah anak berusia 12 tahun.

 g.      Vaksin Tifus/ Demam Tifoid
Vaksin ini tidak diwajibkan dengan pertimbangan bahwa penyakit tifus tidak berbahaya pada anak dan jarang menimbulkan komplikasi. Gejala penyakit yang khas adalah demam tinggi yang dapat berlangsung lebih dari 1 minggu disertai dengan lidah yang tampak kotor, sakit kepala, mulut kering, rasa mual, lesu,  dan kadang-kadang disertai sembelit atau mencret. Ada 2 jenis vaksin demam tifoid, yaitu vaksin oral (Vivotif) dan vaksin suntikan (TyphimVi). Vaksin suntikan diberikan sekali pada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun.
Vaksin oral diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih. Kemasan vaksin oral terdiri dari 3 kapsul yang diminum sekali sehari dengan selang waktu 1 hari.

 h.      Vaksin Radang Selaput Otak Haemophilus influenzae tipe B (Hib)
Penyakit ini berbahaya dan paling sering menyerang anak usia 6-12 bulan. Radang selaput otak Hib sering mengakibatkan cacat saraf atau kematian. Di Indonesia telah beredar 2 jenis vaksin Hib, yaitu ActHIB buatan Perancis dan PedvaxHIB buatan USA.
PedvaxHIB: Imunisasi dasar diberikan 2 kali pada usia 2-14 bulan dengan selang waktu 2 bulan. Bila dosis kedua diberikan pada usia di bawah 12 bulan, maka imunisasi ulangan harus diberikan paling cepat 2 bulan setelah suntikan kedua. Untuk anak yang baru mendapat imunisasi setelah berusia lebih dari 15 bulan, maka imunisasi cukup diberikan satu kali tanpa ulangan. ActHIB: Imunisasi dasar diberikan pada usia 2-6 bulan sebanyak 3 kali dengan jarak waktu 1-2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 12 bulan setelah imunisasi terakhir. Bila imunisasi diberikan pada usia 1-5 tahun maka cukup diberikan satu kali tanpa ulangan.

 i.        Vaksin Hepatitis A
Walaupun gejalanya lebih nyata dan lebih berat dari hepatitis B, penyakit ini jarang menyebabkan komplikasi atau kematian. Tanda-tandanya adalah demam, mual, lesu, mata dan kulit kekuningan disertai warna kencing seperti air teh. Biasanya akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Imunisasi dasar dengan vaksin Havrix diberikan 2 kali dengan selang waktu 2-4 minggu. Dosis ke-3 diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama.

 j.        Vaksin Cacar Air (Varicella)
Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi ringan. Gejalanya khas, mula-mula timbul bintik kemerahan yang makin membesar membentuk gelembung berisi air dan akhirnya mengering dalam waktu 1 minggu. Gejala ini mula-mula muncul di daerah perut, dada dan punggung, kemudian menyebar ke muka, kepala dan anggota badan. Komplikasi yang mungkin timbul adalah radang kulit, radang paru (pneumonia), radang otak (encephalitis), atau varicella kongenital bila ibu menderita varicella pada kehamilan muda. Harga vaksin (Varillix) masih mahal, karena itu direkomendasikan diberikan pada anak berusia di atas 12 tahun yang belum pernah terkena varicella dan diulang 6-8 minggu kemudian.

 3.      Immunisasi
Adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.
  1. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1)      Difteri
Adalah penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae dengan gejala panas lebih kurang 38oC disertai adanya pseudo membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring, faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) dan sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri.

2)      Pertusis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella pertusis dengan gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik nafas panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya disertai muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Akibat batuk yang berat dapat terjadi pedarahan selaput lendir mata (conjunctiva) atau pembengkakan di sekitar mata (oedema periorbital). Lamanya batuk bisa mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini sering disebut penyakit 100 hari. Pemeriksaan lab pada apusan lendir tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertussis).

3)      Tetanus
Adalah penyakit disebabkan oleh Clostridium tetani dengan terdiri dari tetanus neonatorum dan tetanus. Tetanus neonatorum adalah bayi lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Tetanus dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan.

4)      Tuberkulosis
Adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosa menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk, gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan dapat terjadi batuk darah.

5)      Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki.

6)      Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis/AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

7)      Hepatitis B
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning  bisa terlihat pula mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian.

8)      Meningitis Meningokokus
Adalah penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan diseluruh dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini, terapi modern dan suportif CFR menjadi 5 - 15%. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dan kemoprofilkasis untuk orang-orang yang kontak dengan meningitis dan karier.

9)      Demam Kuning (Yellow Fever)
Adalah penyakit infeksi virus akut dengan durasi pendek (inkubasi 3 sd 6 hari) dengan tingkat mortalitas yang bervariasi, disebabkan oleh virus demam kuning dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, vektor perantara adalah Aedes aegypti. Icterus sedang ditemukan pada awal penyakit. Beberapa kasus berkembang menjadi stadium intoksikasi yang lebih berat ditandai dengan gejala hemoragik seperti epistaksis, perdarahan gingiva, hematemesis, melena, gagal ginjal dan hati, 20% - 50% kasus ikterik berakibat fatal.

source: dikutip dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo